Thursday, March 31, 2016

Potensi Ekonomi Penjual Mi Ayam dan Bakso

POTENSI EKONOMI PENJUAL MIE AYAM DAN BAKSO

Pada tanggal 10 September 2015 saya melakukan wawancara kepada penjual mi ayam dan bakso bernama Bapak Jemadi di Desa Ngraket Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. Beliau memulai usahanya pada tahun 1996, sebelum berjualan mi ayam dan bakso beliau bekerja sebagai buruh tani, tetapi beliau merasa buruh tani hasilnya tidak menentu kemudian mencoba untuk berjualan ayam, berjualan ayam pun tidak berhasil karena harganya melonjak terus. Menurutnya kedua pekerjaan itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara maksimal. 

Kemudian beliau mempunyai ide untuk berjualan bakso keliling, dengan harapan keadaan ekonominya akan membaik, ternyata benar peminat bakso itu semakin banyak, lama kelamaan bapak jemadi merasa tidak bisa melayani secara maksimal dengan berjualan keliling. Beliau memutuskan untuk berjualan dengan cara menetap, teras rumahnya dijadikan tempat berjualan, pembeli pun terus meningkat dan teras itu sudah tidak muat lagi menampung pelanggan yang semakin hari meningkat, akhirnya tempatnya di perluas dan rumahnya pun dijadikan tempat berjualan bakso dan mi ayam hingga saat ini. 

Dengan usaha jualan mi ayam dan bakso ini beliau mampu membiayai sekolah 3 orang anaknya dengan sangat baik, anak pertama  kuliah di Yogyakarta, anak kedua SMA di Ponorogo dan anak ketiga sekolah TK di Ponorogo. Usaha bapak jemadi berkembang dengan baik, sekarang mempunyai 5 karyawan.
Pembeli semakin meningkat berkat ketekunan ketelatenan dan k euletan. Beliau mengatakan sebisa mungkin usaha ini setiap hari harus buka, menurutnya dengan begitu pelanggan tidak berkurang malah akan semakin bertambah.

Ketika saya bertanya apakah bapak ingin membuka cabang lagi atau tidak, beliau mengatakan tidak karena kontrak tempat sekarang mahal, begini saja sudah cukup. Ditempat ini saja sudah rame, bahkan bisa dibilang dalam satu minggu sepinya hanya 1 hari saja.

Penghasilan usaha bapak jemadi pada saat sepi Rp 500.000,-/hari, ketika rame mendapat Rp 800.000,-/hari, dan pada saat lebaran penghasilannya bisa mencapai 6x lipat/hari. Setiap harinya penghasilan itu diambil Rp 250.000,-/hari untuk 5 karyawannya, Rp 60.000,-/hari untuk 3 anaknya dan sisanya untuk modal lagi besok begitu seterusnya, entah itu sepi atau rame uang karyawan dan anak tetap sama dan harus ada setiap harinya.

Pada saat sepi dan ada bahan-bahan yang sisa maka pada keesokan harinya beliau mengurangi belanjanya, seumpama ditetapkan setiap harinya 15kg ayam dan yang habis hanya 10kg maka besok hanya membeli ayam 10kg, jika 15kg sehari habis besok belanja tetap 15kg dan begitu seterusnya sehingga usahanya lancar dan tidak mengalami kerugian.

    Untuk saat ini menurut beliau, pemasukan dan pengeluaran seimbang. Belum mengalami kerugian selama berjualan dari 1996 hingga saat ini. Karena ketekunan ketaletan dan keuletan beliau lah usaha ini bisa berjalan lancar, dan beliau berharap sekarang dan seterusnya tidak ada halangan apa pun, selalu lancar dan aman.





0 comments:

Post a Comment