BAB II
SHALAT SUNNAH WITIR
SHALAT SUNNAH WITIR
A. Pengertian Shalat Sunnah Witir
Witir artinya ganjil, shalat witir berarti shalat yang jumlah raka’atnya ganjil. Jadi, shalat witir adalah shalat sunnah ganjil yang dikerjakan pada malam hari sebagai penutup shalat. Baik shalat wajib maupun sunnah. Shalat witir paling sedikit dikerjakan satu raka’at dan paling banyak sebelas raka’at. Hukumnya sunnah muakkad. Dalam hadist dinyatakan :
يَا أهْلَ القُرأَنِ أَوتِرُوْا فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ وِتْرٌ يُحِبُّ الوِتْرَ.( رواه النّساء)
“Hai ahli baca Al-Qur’an, kerjakanlah shalat witir, sebab Allah itu tunggal (Esa), Dia suka kepada bilangan witir (ganjil)”. (HR. Imam an-Nasa-i). (M. Shobirin, 2004: 28).
Jadi shalat sunnah witir adalah shalat sunah ganjil yang disenangi oleh Allah.
B. Waktu Shalat Sunnah Witir
1. Antara shalat isya’ sampai terbit fajar kedua.
Yang demikian itu didasarkan pada hadist Abdullah bin Amr bin al-ash dari Abu Bashrah al-Ghifari dari Rasulullah SAW, beliau bersabda “Sesungguhnya Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia telah membekali kalian dengan satu shalat, yaitu shalat witir. Karena itu, kerjakanlah shalat tersebut pada waktu antara shalat isya’ sampai shalat subuh.
Dari hadist di atas tampak jelas bahwa waktu shalat witir itu antara shalat isya’ dan shalat subuh.
2. Mengerjakan shalat witir sebelum tidur disunnahkan bagi orang yang memperkirakan dia tidak bangun di akhir malam.
Yang demikian itu didasarkan pada hadist Abu Hurairah r.a., dia bercerita, “kekasihku Rasulullah SAW mewasiatkan tiga hal kepadaku yang mana aku tidak akan meninggalkannya sampai aku mati, yaitu puasa tiga hari pada setiap bulan, dua raka’at dhuha, dan shalat witir sebelum tidur.
Al-Hafiz Ibnu Hajar mengatakan, “ di dalam hadist tersebut terkandung pengertian disunnahkannya mendahulukan shalat witir sebelum tidur, dan itu berlaku bagi orang yang yakin untuk tidak bangun sebelum subuh.
3. Shalat witir pada akhir malam lebih baik bagi orang yang yakin akan bangun malam.
Hal tersebut didasarkan pada hadist Jabir bin ‘Abdullah, r.a, bercerita : “Rasulullah SAW, bersabda: “ siapa khawatir tidak bangun pada akhir malam, hendaklah dia mengerjakan witir pada permulaan malam, dan siapa berkeinginan untuk bangun pada akhir malam, hendaklah dia mengerjakan witir pada akhir malam, karena shalat pada akhir malam itu di saksikan oleh malaikat. Dan itulah yang lebih baik.
Imam Nawawi mengatakan, “ di dalam hadist tersebut terdapat dalil nyata bahwa mengakhirkan shalat witir sampai akhir malam lebih baik bagi orang yang yakin akan bangun pada akhir malam. Dan bagi yang tidak yakin akan bangun pada akhir malam, maka mengerjakannya lebih awal adalah lebih baik baginya. Dan inilah yang benar. (Sirath Al-Amru Zaidan, 2009 : 287-289).
C. Macam-Macam Raka’at Shalat Sunnah Witir
1. Sebelas raka’at, dengan salam pada setiap dua raka’at dan ditambah satu raka’at witir.
Yang demikian itu didasarkan pada hadist Aisyah r.a: “Rasulullah SAW biasa mengerjakan shalat pada malam hari sebelas raka’at dan beliau mengerjakan shalat witir satu raka’at”.
2. Tiga belas raka’at dengan salam setiap dua raka’at dengan satu raka’at witir.
Dari Ibn Abbas r.a dia bercerita, “ Rasulullah SAW pernah mengerjakan shalat pada satu malam sebanyak tiga belas raka’at”.
3. Tiga belas raka’at dengan salam setiap dua raka’at dan dengan witir lima raka’at berturut-turut.
Hal itu didasarkan pada hadist Aisyah r.a, dia bercerita: “Rasulullah SAW shalat pada suatu malam sebanyak tiga belas raka’at dan mengerjakan witir lima raka’at tanpa duduk pada kelima raka’at tersebut, kecuali pada raka’at terakhir”.
4. Sembilan raka’at tanpa duduk, kecuali pada raka’at kedelapan baru kemudian mengerjakan raka’at yang kesembilan.
Hal tersebut didasarkan pada hadist Aisyah r.a yang di dalamnya disebutkan: “….. kami pernah menyiapkan untuk beliau siwak dan air untuk bersuci, lalu Allah SWT membangunkan beliau sesuai dengan kehendak-Nya pada suatu malam, lalu beliau bersiwak dan berwudhu. Kemudian beliau mengerjakan shalat sembilan raka’at dengan tidak duduk, kecuali pada raka’at yang kedelapan”.
5. Tujuh raka’at tanpa duduk, kecuali pada raka’at terakhir.
Hal tersebut didasarkan pada hadist Aisyah r.a yang di dalamnya disebutkan. “ ketika Rasulullah SAW masuk usia tua dan sudah semakin kurus, beliau mengerjakan shalat witir tujuh raka’at”.
6. Tujuh raka’at tanpa duduk kecuali pada raka’at ke enam.
Hal tersebut didasarkan pada hadist Aisyah r.a, dia bercerita: kami pernah menyiapkan untuk beliau siwak dan air untuk bersuci. Allah membangkitkan beliau sesuai dengan kehendak-Nya pada suatu malam lalu beliau bersiwak dan berwudhu. Kemudian beliau mengerjakan shalat tujuh raka’at tanpa duduk, kecuali pada raka’at yang keenam.
7. Lima raka’at tanpa duduk kecuali pada raka;at terakhir.
Telah ditegaskan pula dari hadist Aisyah r.a bahwa beliau mengerjakan shalat secara berturut-turut tanpa duduk. Kecuali pada raka’at yang kelima. Didalam hadist itu disebutkan: “ beliau mengerjakan witir dari hal tersebut dengan lima raka’at tanpa duduk, kecuali pada raka’at terakhir”.
8. Tiga raka’at dengan salam pada dua rakaat kemudian ditutup dengan satu rakaat.
Hal tersebut didasarkan pada hadist Abdullah bin Umar r.a, dia bercerita: “ Rasulullah SAW pernah memisahkan antara yang genap (dua rakaat) dan ganjil (satu rakaat) dengan salam yang beliau perdengarkan kepada kami”.
9. Tiga rakaat berturut-turut tanpa duduk, kecuali pada rakaat terakhir.
Beliau mengerjakan shalat witir tiga rakaat berturut-turut dengan satu kali tasyahud, yaitu di rakaat terakhir. Karena jika shalat witir dikerjakan dengan dua tasyahud, itu akan menyerupai shalat maghrib. Sedang Rasulullah SAW sendiri telah melarang menyamakan shalat witir dengan shalat maghrib.
10. Satu rakaat
Yang demikian itu didasarkan pada hadist Ibnu Umar r.a, dia bercerita: “ Rasulullah SAW bersabda:
اَلْوِتْرُ رَكْعَةٌ مِنْ أَخِرِ اللَّيْلِ.( رواه مسلم)
“ Shalat witir itu hanya satu rakaat pada akhir malam”. (HR. Imam Muslim). (Sirath Al-Amru Zaidan, 2009 : 291-295)
BAB III
KEUTAMAAN SHALAT SUNNAH WITIR
A. Tata Cara Shalat Sunnah Witir
Cara mengerjakan shalat witir sama seperti cara mengerjakan shalat wajib, bedanya adalah pada niat. Cara mengerjakan shalat witir boleh dikerjakan dengan satu kali salam atau dua kali salam. Misalnya orang yang mengerjakan shalat witir tiga rakaat, sesudah dua rakaat terus salam. Boleh juga shalat witir dikerjakan tiga rakaat dengan satu kali salam tanpa tahiyyat awal. Boleh juga sekaligus lima, tujuh, sembilan atau sebelas rakaat dengan satu kali salam.
Pada bulan ramadhan waktu mengerjakan shalat tarawih. Setelah tanggal 16 Ramadhan disunnahkan pada rakaat terkahir dari shalat witir, yakni sesudah i’tidal membaca doa qunut.
Berikut adalah urutan tata cara shalat witir:
1. Niat shalat witir di dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram.
Apabila di kerjakan 3 rakaat niatnya sebagai berikut:
اُصَلِّي سُنَّةً الْوِتْرِ ثَلَاثَ رَكَعَاتٍ لِلَّهِ تَعَالىَ
Artinya : “ Saya niat shalat sunnah witir tiga rakat karena Allah Ta’ala”.
2. Membaca Doa Iftitah
أَللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَا نَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً، إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِى فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَ الآَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. إِنَّ صَلاَتِ وَنُسُكِى وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ. لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَ لِكَ أُمِرْتُ وَأَناَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ.
“ Allah maha besar lagi maha sempurna kebesaran-Nya, segala puji bagi-Nya dan maha suci sepanjang pagi dan sore. Kuhadapkan muka hatiku kepada dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan keadaan lurus dan menyerahkan din dan aku bukanlah dari golongan kaum musyrikin. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku semata hanya untuk Allah Tuhan seru sekalian alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan itu aku diperintahkan untuk tidak menyekutukan-Nya, dan aku golongan orang muslimin”.
3. Membaca Al-fatihah
Membaca surat fatihah adalah salah satu rukun shalat sehingga ketika membaca hendaklah tidak dilakukan dengan cepat. Tetapi dengan baik sesuai aturan tajwid dan menjaga makhrajnya. Bacaan fatihah yang tartil dan sesuai aturan tajwid akan membekas dalam hati dan menyuntikkan energi super dahsyat seiring dengan keagungan makna yang dikandungnya.
4. Membaca surat-surat pendek dan mudah dihafal
Afdhalnya pada rakaat pertama membaca surah Al-Ikhlas dilanjutkan rakaat kedua membaca surat Al-Falaq dan rakaat ketiga membaca Surah An-Naas. Tanpa ada tasyahud awal.
5. Ruku’
Diantara dzikir yang diajarkan Rasulullah SAW ketika ruku’ adalah:
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ
“ Maha suci Tuhan yang maha Agung serta memujilah aku kepada-Nya”.
6. I’tidal
Bangun dan ruku’ dengan membaca:
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
“Allah mendengar orang yang memuji-Nya”.
Kemudian membaca dzikir ketika I’tidal sesuai ajaran Nabi. Diantaranya yang beliau ajarkan adalah :
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ ألاَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْئٍ بَعْدُ
“ Ya Allah Tuhan kami ! bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh barang yang kau kehendaki sesudah itu”.
7. Sujud
Ketika bersujud, hendaklah mengikut sertakan tujuh anggota tubuh, yaitu : wajah, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua telapak kaki. Nabi juga mengajarkan agar tidak membentangkan siku ke tanah, karena hal itu seperti perilaku anjing.
Diantara doa dan dzikir yang diajarkan Nabi ketika sujud adalah :
سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلاَعْلَى وَبِحَمْدِهِ
“Maha suci Tuhanku yang maha tinggi”.
8. Duduk diantara dua sujud
Setelah sujud kemudian duduk sambil membaca :
رَبِّ اغْفِرْلِى وَارْحَمْنِيْ وَاجْبُرْنِيْ وَارْفَعْنِيْ وَارْزُقْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَعَافِنِيْ وَعْفُ عَنِّيْ
“Ya Tuhanku, ampunilah aku, kasihanilah aku, dan luaskanlah aku, dan angkatlah derajatku, dan limpahkanlah rezeki kepadaku, dan berilah petunjuk dan kesehatan kepadaku, dan berilah kepadaku”.
9. Sujud kedua
Sujud yang kedua ini sebenarnya sama dengan sujud yang pertama yaitu hendaklah mengikut sertakan tujuh anggota tubuh, yaitu : wajah, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua telapak kaki.
Diantara doa atau dzikir yang diajarkan Nabi ketika sujud adalah :
سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلاَعْلَى وَبِحَمْدِهِ
“ Mahasuci Tuhanku yang maha tinggi”.
10. Kemudian berdiri lagi untuk menunaikan rakaat yang selanjutnya, akhirnya duduk tasyahud.
Ada banyak bacaan tasyahud yang diajarkan Rasulullah SAW diantaranya adalah :
أَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَرَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ. اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ. اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّا لِحِيْنَ. أَشْهَدُ اَنْ لاَإلَهَ إِلاَّ اللهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ . اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
“Segala penghormatan,berkah, shalawat dan segala kebajikan adalah milik Allah. Semoga kesejahteraan untukmu, wahai Nabi, rahmat dan berkah-Nya menyertaimu. Semoga kami dan hamba-hamba Allah yang shalih dalam kesejahteraan. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, limpahkan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau limpahkan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahin. Sesungguhnya Engkau maha terpuji dan maha mulia. Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau melimpahkan keberkahan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau maha Terpuji dan maha Mulia”.
11. Salam
Salam merupakan penutup dari seluruh rangkaian shalat, yakni dengan mengucap :
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
“ Keseluruhan dan rahmat Allah semoga tetap tercurah kepada kalian”.
Setelah selesai shalat witir. Membaca dzikir sebagai berikut :
سُبْحَانَ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسِ
“ Maha suci Dzat yang menguasai, Dzat yang suci”.
Sedangkan di dalam kitab al-Mu’jam al-Ausath karya Imam ath-Thabrani disebutkan bahwa kalimat tasbih diatas ditambah dengan kalimat, rabbul malaikati warruuh, sehingga kalau digabung kalimatnya bertambah, seperti berikut :
سُبْحَانَ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسِ رَبُّ الْمَلاَ ئِكَةِ وَالرُّوْحِ
“Maha suci Dzat yang menguasai, Dzat yang suci. Tuhan para malaikat dan ruh”.
B. Keutamaan Shalat Sunnah Witir
Shalat ini memiliki keutamaan yang besar. Hal ini didasarkan pada hadist Kharijah bin Khuzafah al-Adawi, dia bercerita, “ Rasulullah SAW pernah keluar menemui kami dan bersabda:
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْأَمَدَّكُمْ بِصَلاَةٍ وَهِيَ خَيْرٌ لَكُمْ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ وَهِيَ الوِتْرُ فَجَعَلَهَا لَكُمْ فِيْمَا بَيْنَ الْعِشَاءِ إِلَى طُلُوْعِ الْفَجْرِ. (رواه ابو داود)
“Sesungguhnya Allah yang mahamulia lagi mahaperkasa telah membekali kalian satu shalat, di mana Ia lebih baik bagi kalian daripada binatang yang paling bagus, yaitu shalat witir. Dan Dia menjadikannya untuk kalian antara shalat isya’ sampai terbit fajar”.(HR. Imam Abu Dawud)
Di antara dalil yang menunjukkan keutamaan shalat witir dan penekanan hukum sunnahnya adalah hadist Ali bin Abi Thalib r.a. dia bercerita: “ Rasulullah SAW pernah mengerjakan shalat witir dan kemudian bersabda:
يَا أَهْلَ الْقُرْاَنِ أَوْتِرُوْ فَإِنَّ اللهَ غَزَّوَجَلَّ وِتْرُ يُجِبُّ اْلوِتْرَ.(رواه النساء)
“wahai orang-orang yang berpedoman pada al-Qur’an, kerjakanlah shalat witir karena sesungguhnya Allah Azza Wajalla witir (ganjil) dan menyukai witir”.(HR. Imam an-Nasa-i)
Hadist ini menunjukkan bahwa selayaknya bagi orang yang berilmu untuk memiliki perhatian yang lebih besar dari orang lain, meskipun shalat itu disyari’atkan bagi seluruh umat manusia sehingga mereka bisa menjadi panutan bagi orang-orang yang mengetahui keadaan dan amal perbuatan mereka. Shalat witir itu minimal satu rakaat, yang dilakukan antara shalat isya’ dan shubuh. Allah yang mahasuci adalah witir (ganjil) dan menyukai witir, serta menyukai segala sesuatu yang sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Dia itu mahasabar dan menyukai kesabaran. Berbeda dengan keperkasaan dan keagungan, yang para hamba mengambil dari sifat-sifat-Nya hal-hal yang sesuai dengan mereka, seperti sifat mulia, dermawan, dan baik.
Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa : barangsiapa yang melakukan ibadah pada bulan ramadhan, maka Allah SWT akan mengampuni dosa yang telah lalu. Jadi keuntungan shalat witir adalah akan menghapus dosa-dosa yang telah lalu.
Dan agar kita termasuk kepada golongan yang dicintai oleh Nabi Muhammad SAW adalah orang yang selalu mengerjakan shalat sunnah witir sesuai dengan sabda Nabi SAW:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ لَمْ يُوْتِرْفَلَيْسَ مِنَّا (رواه احمد)
Dari Abu Hurairah ia berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW :” Barangsiapa yang tidak mengerjakan witir, maka bukanlah dari golongan kami”. (H.R. Ahmad).
C. Hikmah Shalat Sunnah Witir
Didalam shalat sunnah witir terdapat banyak faedah, berbagai kemaselahatan yang agung, serta manfaat yang bermacam-macam. Diantara manfaat dan hikmah shalat sunnah witir adalah sebagai berikut:
1. Beribadah kepada Allah SWT, melalui pertemuan ini dengan tujuan mencari pahala dan takut akan adzab-Nya serta mengiginkan apa yang ada di sisi-Nya.
2. Memberi tahu orang yang tidak tahu, sebab banyak orang yang mengetahui beberapa hal tentang apa yang ditetapkan dalam shalat melalui shalat sunnah ini. Mereka juga dapat mendengar bacaan dalam shalat sehingga dengan demikian itu mereka akan mengambil manfaat sekaligus belajar. Juga mendengar beberapa dizikir shalat sehingga mereka akan mudah menghafal.
3. Memotivasi orang yang tidak pernah ikut shalat sunnah witir, sekaligus mengarahkan dan membimbingnya sambil berusaha untuk saling mengingatkan, agar berpihak pada kebenaran dan senantiasa bersaar dalam menjalankannya.
4. Menggugah perasanan orang-orang terakhir dari umat ini akan apa yang pernah dijalani oleh orang-orang pertama dari umat ini pada zaman dulu. Sebab para sahabat senantiasa mengikuti Rasullullah SAW.
5. Menambah semangat orang islam, sehingga amalnya akan bertambah saat dia menyaksikan orang-orang semangat menjalankan ibadah. Dalam hal itu tergantung manfaat yang sangat besar.
6. Melipatgandakan kebaikan dan memperbesar pahala.
7. Meningkatkan kesadaran umat manusia akan pentingnya mengerjakan amalan-amalan sunnah.
BAB III
KEUTAMAAN SHALAT SUNNAH WITIR
A. Tata Cara Shalat Sunnah Witir
Cara mengerjakan shalat witir sama seperti cara mengerjakan shalat wajib, bedanya adalah pada niat. Cara mengerjakan shalat witir boleh dikerjakan dengan satu kali salam atau dua kali salam. Misalnya orang yang mengerjakan shalat witir tiga rakaat, sesudah dua rakaat terus salam. Boleh juga shalat witir dikerjakan tiga rakaat dengan satu kali salam tanpa tahiyyat awal. Boleh juga sekaligus lima, tujuh, sembilan atau sebelas rakaat dengan satu kali salam.
Pada bulan ramadhan waktu mengerjakan shalat tarawih. Setelah tanggal 16 Ramadhan disunnahkan pada rakaat terkahir dari shalat witir, yakni sesudah i’tidal membaca doa qunut.
Berikut adalah urutan tata cara shalat witir:
1. Niat shalat witir di dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram.
Apabila di kerjakan 3 rakaat niatnya sebagai berikut:
اُصَلِّي سُنَّةً الْوِتْرِ ثَلَاثَ رَكَعَاتٍ لِلَّهِ تَعَالىَ
Artinya : “ Saya niat shalat sunnah witir tiga rakat karena Allah Ta’ala”.
2. Membaca Doa Iftitah
أَللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَا نَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً، إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِى فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَ الآَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. إِنَّ صَلاَتِ وَنُسُكِى وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ. لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَ لِكَ أُمِرْتُ وَأَناَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ.
“ Allah maha besar lagi maha sempurna kebesaran-Nya, segala puji bagi-Nya dan maha suci sepanjang pagi dan sore. Kuhadapkan muka hatiku kepada dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan keadaan lurus dan menyerahkan din dan aku bukanlah dari golongan kaum musyrikin. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku semata hanya untuk Allah Tuhan seru sekalian alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan itu aku diperintahkan untuk tidak menyekutukan-Nya, dan aku golongan orang muslimin”.
3. Membaca Al-fatihah
Membaca surat fatihah adalah salah satu rukun shalat sehingga ketika membaca hendaklah tidak dilakukan dengan cepat. Tetapi dengan baik sesuai aturan tajwid dan menjaga makhrajnya. Bacaan fatihah yang tartil dan sesuai aturan tajwid akan membekas dalam hati dan menyuntikkan energi super dahsyat seiring dengan keagungan makna yang dikandungnya.
4. Membaca surat-surat pendek dan mudah dihafal
Afdhalnya pada rakaat pertama membaca surah Al-Ikhlas dilanjutkan rakaat kedua membaca surat Al-Falaq dan rakaat ketiga membaca Surah An-Naas. Tanpa ada tasyahud awal.
5. Ruku’
Diantara dzikir yang diajarkan Rasulullah SAW ketika ruku’ adalah:
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ
“ Maha suci Tuhan yang maha Agung serta memujilah aku kepada-Nya”.
6. I’tidal
Bangun dan ruku’ dengan membaca:
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
“Allah mendengar orang yang memuji-Nya”.
Kemudian membaca dzikir ketika I’tidal sesuai ajaran Nabi. Diantaranya yang beliau ajarkan adalah :
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ ألاَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْئٍ بَعْدُ
“ Ya Allah Tuhan kami ! bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh barang yang kau kehendaki sesudah itu”.
7. Sujud
Ketika bersujud, hendaklah mengikut sertakan tujuh anggota tubuh, yaitu : wajah, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua telapak kaki. Nabi juga mengajarkan agar tidak membentangkan siku ke tanah, karena hal itu seperti perilaku anjing.
Diantara doa dan dzikir yang diajarkan Nabi ketika sujud adalah :
سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلاَعْلَى وَبِحَمْدِهِ
“Maha suci Tuhanku yang maha tinggi”.
8. Duduk diantara dua sujud
Setelah sujud kemudian duduk sambil membaca :
رَبِّ اغْفِرْلِى وَارْحَمْنِيْ وَاجْبُرْنِيْ وَارْفَعْنِيْ وَارْزُقْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَعَافِنِيْ وَعْفُ عَنِّيْ
“Ya Tuhanku, ampunilah aku, kasihanilah aku, dan luaskanlah aku, dan angkatlah derajatku, dan limpahkanlah rezeki kepadaku, dan berilah petunjuk dan kesehatan kepadaku, dan berilah kepadaku”.
9. Sujud kedua
Sujud yang kedua ini sebenarnya sama dengan sujud yang pertama yaitu hendaklah mengikut sertakan tujuh anggota tubuh, yaitu : wajah, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua telapak kaki.
Diantara doa atau dzikir yang diajarkan Nabi ketika sujud adalah :
سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلاَعْلَى وَبِحَمْدِهِ
“ Mahasuci Tuhanku yang maha tinggi”.
10. Kemudian berdiri lagi untuk menunaikan rakaat yang selanjutnya, akhirnya duduk tasyahud.
Ada banyak bacaan tasyahud yang diajarkan Rasulullah SAW diantaranya adalah :
أَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَرَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ. اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ. اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّا لِحِيْنَ. أَشْهَدُ اَنْ لاَإلَهَ إِلاَّ اللهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ . اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
“Segala penghormatan,berkah, shalawat dan segala kebajikan adalah milik Allah. Semoga kesejahteraan untukmu, wahai Nabi, rahmat dan berkah-Nya menyertaimu. Semoga kami dan hamba-hamba Allah yang shalih dalam kesejahteraan. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, limpahkan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau limpahkan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahin. Sesungguhnya Engkau maha terpuji dan maha mulia. Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau melimpahkan keberkahan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau maha Terpuji dan maha Mulia”.
11. Salam
Salam merupakan penutup dari seluruh rangkaian shalat, yakni dengan mengucap :
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
“ Keseluruhan dan rahmat Allah semoga tetap tercurah kepada kalian”.
Setelah selesai shalat witir. Membaca dzikir sebagai berikut :
سُبْحَانَ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسِ
“ Maha suci Dzat yang menguasai, Dzat yang suci”.
Sedangkan di dalam kitab al-Mu’jam al-Ausath karya Imam ath-Thabrani disebutkan bahwa kalimat tasbih diatas ditambah dengan kalimat, rabbul malaikati warruuh, sehingga kalau digabung kalimatnya bertambah, seperti berikut :
سُبْحَانَ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسِ رَبُّ الْمَلاَ ئِكَةِ وَالرُّوْحِ
“Maha suci Dzat yang menguasai, Dzat yang suci. Tuhan para malaikat dan ruh”.
B. Keutamaan Shalat Sunnah Witir
Shalat ini memiliki keutamaan yang besar. Hal ini didasarkan pada hadist Kharijah bin Khuzafah al-Adawi, dia bercerita, “ Rasulullah SAW pernah keluar menemui kami dan bersabda:
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْأَمَدَّكُمْ بِصَلاَةٍ وَهِيَ خَيْرٌ لَكُمْ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ وَهِيَ الوِتْرُ فَجَعَلَهَا لَكُمْ فِيْمَا بَيْنَ الْعِشَاءِ إِلَى طُلُوْعِ الْفَجْرِ. (رواه ابو داود)
“Sesungguhnya Allah yang mahamulia lagi mahaperkasa telah membekali kalian satu shalat, di mana Ia lebih baik bagi kalian daripada binatang yang paling bagus, yaitu shalat witir. Dan Dia menjadikannya untuk kalian antara shalat isya’ sampai terbit fajar”.(HR. Imam Abu Dawud)
Di antara dalil yang menunjukkan keutamaan shalat witir dan penekanan hukum sunnahnya adalah hadist Ali bin Abi Thalib r.a. dia bercerita: “ Rasulullah SAW pernah mengerjakan shalat witir dan kemudian bersabda:
يَا أَهْلَ الْقُرْاَنِ أَوْتِرُوْ فَإِنَّ اللهَ غَزَّوَجَلَّ وِتْرُ يُجِبُّ اْلوِتْرَ.(رواه النساء)
“wahai orang-orang yang berpedoman pada al-Qur’an, kerjakanlah shalat witir karena sesungguhnya Allah Azza Wajalla witir (ganjil) dan menyukai witir”.(HR. Imam an-Nasa-i)
Hadist ini menunjukkan bahwa selayaknya bagi orang yang berilmu untuk memiliki perhatian yang lebih besar dari orang lain, meskipun shalat itu disyari’atkan bagi seluruh umat manusia sehingga mereka bisa menjadi panutan bagi orang-orang yang mengetahui keadaan dan amal perbuatan mereka. Shalat witir itu minimal satu rakaat, yang dilakukan antara shalat isya’ dan shubuh. Allah yang mahasuci adalah witir (ganjil) dan menyukai witir, serta menyukai segala sesuatu yang sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Dia itu mahasabar dan menyukai kesabaran. Berbeda dengan keperkasaan dan keagungan, yang para hamba mengambil dari sifat-sifat-Nya hal-hal yang sesuai dengan mereka, seperti sifat mulia, dermawan, dan baik.
Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa : barangsiapa yang melakukan ibadah pada bulan ramadhan, maka Allah SWT akan mengampuni dosa yang telah lalu. Jadi keuntungan shalat witir adalah akan menghapus dosa-dosa yang telah lalu.
Dan agar kita termasuk kepada golongan yang dicintai oleh Nabi Muhammad SAW adalah orang yang selalu mengerjakan shalat sunnah witir sesuai dengan sabda Nabi SAW:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ لَمْ يُوْتِرْفَلَيْسَ مِنَّا (رواه احمد)
Dari Abu Hurairah ia berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW :” Barangsiapa yang tidak mengerjakan witir, maka bukanlah dari golongan kami”. (H.R. Ahmad).
C. Hikmah Shalat Sunnah Witir
Didalam shalat sunnah witir terdapat banyak faedah, berbagai kemaselahatan yang agung, serta manfaat yang bermacam-macam. Diantara manfaat dan hikmah shalat sunnah witir adalah sebagai berikut:
1. Beribadah kepada Allah SWT, melalui pertemuan ini dengan tujuan mencari pahala dan takut akan adzab-Nya serta mengiginkan apa yang ada di sisi-Nya.
2. Memberi tahu orang yang tidak tahu, sebab banyak orang yang mengetahui beberapa hal tentang apa yang ditetapkan dalam shalat melalui shalat sunnah ini. Mereka juga dapat mendengar bacaan dalam shalat sehingga dengan demikian itu mereka akan mengambil manfaat sekaligus belajar. Juga mendengar beberapa dizikir shalat sehingga mereka akan mudah menghafal.
3. Memotivasi orang yang tidak pernah ikut shalat sunnah witir, sekaligus mengarahkan dan membimbingnya sambil berusaha untuk saling mengingatkan, agar berpihak pada kebenaran dan senantiasa bersaar dalam menjalankannya.
4. Menggugah perasanan orang-orang terakhir dari umat ini akan apa yang pernah dijalani oleh orang-orang pertama dari umat ini pada zaman dulu. Sebab para sahabat senantiasa mengikuti Rasullullah SAW.
5. Menambah semangat orang islam, sehingga amalnya akan bertambah saat dia menyaksikan orang-orang semangat menjalankan ibadah. Dalam hal itu tergantung manfaat yang sangat besar.
6. Melipatgandakan kebaikan dan memperbesar pahala.
7. Meningkatkan kesadaran umat manusia akan pentingnya mengerjakan amalan-amalan sunnah.
BAB III
KEUTAMAAN SHALAT SUNNAH WITIR
A. Tata Cara Shalat Sunnah Witir
Cara mengerjakan shalat witir sama seperti cara mengerjakan shalat wajib, bedanya adalah pada niat. Cara mengerjakan shalat witir boleh dikerjakan dengan satu kali salam atau dua kali salam. Misalnya orang yang mengerjakan shalat witir tiga rakaat, sesudah dua rakaat terus salam. Boleh juga shalat witir dikerjakan tiga rakaat dengan satu kali salam tanpa tahiyyat awal. Boleh juga sekaligus lima, tujuh, sembilan atau sebelas rakaat dengan satu kali salam.
Pada bulan ramadhan waktu mengerjakan shalat tarawih. Setelah tanggal 16 Ramadhan disunnahkan pada rakaat terkahir dari shalat witir, yakni sesudah i’tidal membaca doa qunut.
Berikut adalah urutan tata cara shalat witir:
1. Niat shalat witir di dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram.
Apabila di kerjakan 3 rakaat niatnya sebagai berikut:
اُصَلِّي سُنَّةً الْوِتْرِ ثَلَاثَ رَكَعَاتٍ لِلَّهِ تَعَالىَ
Artinya : “ Saya niat shalat sunnah witir tiga rakat karena Allah Ta’ala”.
2. Membaca Doa Iftitah
أَللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَا نَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً، إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِى فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَ الآَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. إِنَّ صَلاَتِ وَنُسُكِى وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ. لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَ لِكَ أُمِرْتُ وَأَناَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ.
“ Allah maha besar lagi maha sempurna kebesaran-Nya, segala puji bagi-Nya dan maha suci sepanjang pagi dan sore. Kuhadapkan muka hatiku kepada dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan keadaan lurus dan menyerahkan din dan aku bukanlah dari golongan kaum musyrikin. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku semata hanya untuk Allah Tuhan seru sekalian alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan itu aku diperintahkan untuk tidak menyekutukan-Nya, dan aku golongan orang muslimin”.
3. Membaca Al-fatihah
Membaca surat fatihah adalah salah satu rukun shalat sehingga ketika membaca hendaklah tidak dilakukan dengan cepat. Tetapi dengan baik sesuai aturan tajwid dan menjaga makhrajnya. Bacaan fatihah yang tartil dan sesuai aturan tajwid akan membekas dalam hati dan menyuntikkan energi super dahsyat seiring dengan keagungan makna yang dikandungnya.
4. Membaca surat-surat pendek dan mudah dihafal
Afdhalnya pada rakaat pertama membaca surah Al-Ikhlas dilanjutkan rakaat kedua membaca surat Al-Falaq dan rakaat ketiga membaca Surah An-Naas. Tanpa ada tasyahud awal.
5. Ruku’
Diantara dzikir yang diajarkan Rasulullah SAW ketika ruku’ adalah:
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ
“ Maha suci Tuhan yang maha Agung serta memujilah aku kepada-Nya”.
6. I’tidal
Bangun dan ruku’ dengan membaca:
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
“Allah mendengar orang yang memuji-Nya”.
Kemudian membaca dzikir ketika I’tidal sesuai ajaran Nabi. Diantaranya yang beliau ajarkan adalah :
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ ألاَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْئٍ بَعْدُ
“ Ya Allah Tuhan kami ! bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh barang yang kau kehendaki sesudah itu”.
7. Sujud
Ketika bersujud, hendaklah mengikut sertakan tujuh anggota tubuh, yaitu : wajah, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua telapak kaki. Nabi juga mengajarkan agar tidak membentangkan siku ke tanah, karena hal itu seperti perilaku anjing.
Diantara doa dan dzikir yang diajarkan Nabi ketika sujud adalah :
سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلاَعْلَى وَبِحَمْدِهِ
“Maha suci Tuhanku yang maha tinggi”.
8. Duduk diantara dua sujud
Setelah sujud kemudian duduk sambil membaca :
رَبِّ اغْفِرْلِى وَارْحَمْنِيْ وَاجْبُرْنِيْ وَارْفَعْنِيْ وَارْزُقْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَعَافِنِيْ وَعْفُ عَنِّيْ
“Ya Tuhanku, ampunilah aku, kasihanilah aku, dan luaskanlah aku, dan angkatlah derajatku, dan limpahkanlah rezeki kepadaku, dan berilah petunjuk dan kesehatan kepadaku, dan berilah kepadaku”.
9. Sujud kedua
Sujud yang kedua ini sebenarnya sama dengan sujud yang pertama yaitu hendaklah mengikut sertakan tujuh anggota tubuh, yaitu : wajah, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua telapak kaki.
Diantara doa atau dzikir yang diajarkan Nabi ketika sujud adalah :
سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلاَعْلَى وَبِحَمْدِهِ
“ Mahasuci Tuhanku yang maha tinggi”.
10. Kemudian berdiri lagi untuk menunaikan rakaat yang selanjutnya, akhirnya duduk tasyahud.
Ada banyak bacaan tasyahud yang diajarkan Rasulullah SAW diantaranya adalah :
أَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَرَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ. اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ. اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّا لِحِيْنَ. أَشْهَدُ اَنْ لاَإلَهَ إِلاَّ اللهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ . اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
“Segala penghormatan,berkah, shalawat dan segala kebajikan adalah milik Allah. Semoga kesejahteraan untukmu, wahai Nabi, rahmat dan berkah-Nya menyertaimu. Semoga kami dan hamba-hamba Allah yang shalih dalam kesejahteraan. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, limpahkan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau limpahkan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahin. Sesungguhnya Engkau maha terpuji dan maha mulia. Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau melimpahkan keberkahan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau maha Terpuji dan maha Mulia”.
11. Salam
Salam merupakan penutup dari seluruh rangkaian shalat, yakni dengan mengucap :
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
“ Keseluruhan dan rahmat Allah semoga tetap tercurah kepada kalian”.
Setelah selesai shalat witir. Membaca dzikir sebagai berikut :
سُبْحَانَ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسِ
“ Maha suci Dzat yang menguasai, Dzat yang suci”.
Sedangkan di dalam kitab al-Mu’jam al-Ausath karya Imam ath-Thabrani disebutkan bahwa kalimat tasbih diatas ditambah dengan kalimat, rabbul malaikati warruuh, sehingga kalau digabung kalimatnya bertambah, seperti berikut :
سُبْحَانَ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسِ رَبُّ الْمَلاَ ئِكَةِ وَالرُّوْحِ
“Maha suci Dzat yang menguasai, Dzat yang suci. Tuhan para malaikat dan ruh”.
B. Keutamaan Shalat Sunnah Witir
Shalat ini memiliki keutamaan yang besar. Hal ini didasarkan pada hadist Kharijah bin Khuzafah al-Adawi, dia bercerita, “ Rasulullah SAW pernah keluar menemui kami dan bersabda:
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْأَمَدَّكُمْ بِصَلاَةٍ وَهِيَ خَيْرٌ لَكُمْ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ وَهِيَ الوِتْرُ فَجَعَلَهَا لَكُمْ فِيْمَا بَيْنَ الْعِشَاءِ إِلَى طُلُوْعِ الْفَجْرِ. (رواه ابو داود)
“Sesungguhnya Allah yang mahamulia lagi mahaperkasa telah membekali kalian satu shalat, di mana Ia lebih baik bagi kalian daripada binatang yang paling bagus, yaitu shalat witir. Dan Dia menjadikannya untuk kalian antara shalat isya’ sampai terbit fajar”.(HR. Imam Abu Dawud)
Di antara dalil yang menunjukkan keutamaan shalat witir dan penekanan hukum sunnahnya adalah hadist Ali bin Abi Thalib r.a. dia bercerita: “ Rasulullah SAW pernah mengerjakan shalat witir dan kemudian bersabda:
يَا أَهْلَ الْقُرْاَنِ أَوْتِرُوْ فَإِنَّ اللهَ غَزَّوَجَلَّ وِتْرُ يُجِبُّ اْلوِتْرَ.(رواه النساء)
“wahai orang-orang yang berpedoman pada al-Qur’an, kerjakanlah shalat witir karena sesungguhnya Allah Azza Wajalla witir (ganjil) dan menyukai witir”.(HR. Imam an-Nasa-i)
Hadist ini menunjukkan bahwa selayaknya bagi orang yang berilmu untuk memiliki perhatian yang lebih besar dari orang lain, meskipun shalat itu disyari’atkan bagi seluruh umat manusia sehingga mereka bisa menjadi panutan bagi orang-orang yang mengetahui keadaan dan amal perbuatan mereka. Shalat witir itu minimal satu rakaat, yang dilakukan antara shalat isya’ dan shubuh. Allah yang mahasuci adalah witir (ganjil) dan menyukai witir, serta menyukai segala sesuatu yang sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Dia itu mahasabar dan menyukai kesabaran. Berbeda dengan keperkasaan dan keagungan, yang para hamba mengambil dari sifat-sifat-Nya hal-hal yang sesuai dengan mereka, seperti sifat mulia, dermawan, dan baik.
Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa : barangsiapa yang melakukan ibadah pada bulan ramadhan, maka Allah SWT akan mengampuni dosa yang telah lalu. Jadi keuntungan shalat witir adalah akan menghapus dosa-dosa yang telah lalu.
Dan agar kita termasuk kepada golongan yang dicintai oleh Nabi Muhammad SAW adalah orang yang selalu mengerjakan shalat sunnah witir sesuai dengan sabda Nabi SAW:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ لَمْ يُوْتِرْفَلَيْسَ مِنَّا (رواه احمد)
Dari Abu Hurairah ia berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW :” Barangsiapa yang tidak mengerjakan witir, maka bukanlah dari golongan kami”. (H.R. Ahmad).
C. Hikmah Shalat Sunnah Witir
Didalam shalat sunnah witir terdapat banyak faedah, berbagai kemaselahatan yang agung, serta manfaat yang bermacam-macam. Diantara manfaat dan hikmah shalat sunnah witir adalah sebagai berikut:
1. Beribadah kepada Allah SWT, melalui pertemuan ini dengan tujuan mencari pahala dan takut akan adzab-Nya serta mengiginkan apa yang ada di sisi-Nya.
2. Memberi tahu orang yang tidak tahu, sebab banyak orang yang mengetahui beberapa hal tentang apa yang ditetapkan dalam shalat melalui shalat sunnah ini. Mereka juga dapat mendengar bacaan dalam shalat sehingga dengan demikian itu mereka akan mengambil manfaat sekaligus belajar. Juga mendengar beberapa dizikir shalat sehingga mereka akan mudah menghafal.
3. Memotivasi orang yang tidak pernah ikut shalat sunnah witir, sekaligus mengarahkan dan membimbingnya sambil berusaha untuk saling mengingatkan, agar berpihak pada kebenaran dan senantiasa bersaar dalam menjalankannya.
4. Menggugah perasanan orang-orang terakhir dari umat ini akan apa yang pernah dijalani oleh orang-orang pertama dari umat ini pada zaman dulu. Sebab para sahabat senantiasa mengikuti Rasullullah SAW.
5. Menambah semangat orang islam, sehingga amalnya akan bertambah saat dia menyaksikan orang-orang semangat menjalankan ibadah. Dalam hal itu tergantung manfaat yang sangat besar.
6. Melipatgandakan kebaikan dan memperbesar pahala.
7. Meningkatkan kesadaran umat manusia akan pentingnya mengerjakan amalan-amalan sunnah.
BAB III
KEUTAMAAN SHALAT SUNNAH WITIR
A. Tata Cara Shalat Sunnah Witir
Cara mengerjakan shalat witir sama seperti cara mengerjakan shalat wajib, bedanya adalah pada niat. Cara mengerjakan shalat witir boleh dikerjakan dengan satu kali salam atau dua kali salam. Misalnya orang yang mengerjakan shalat witir tiga rakaat, sesudah dua rakaat terus salam. Boleh juga shalat witir dikerjakan tiga rakaat dengan satu kali salam tanpa tahiyyat awal. Boleh juga sekaligus lima, tujuh, sembilan atau sebelas rakaat dengan satu kali salam.
Pada bulan ramadhan waktu mengerjakan shalat tarawih. Setelah tanggal 16 Ramadhan disunnahkan pada rakaat terkahir dari shalat witir, yakni sesudah i’tidal membaca doa qunut.
Berikut adalah urutan tata cara shalat witir:
1. Niat shalat witir di dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram.
Apabila di kerjakan 3 rakaat niatnya sebagai berikut:
اُصَلِّي سُنَّةً الْوِتْرِ ثَلَاثَ رَكَعَاتٍ لِلَّهِ تَعَالىَ
Artinya : “ Saya niat shalat sunnah witir tiga rakat karena Allah Ta’ala”.
2. Membaca Doa Iftitah
أَللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَا نَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً، إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِى فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَ الآَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. إِنَّ صَلاَتِ وَنُسُكِى وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ. لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَ لِكَ أُمِرْتُ وَأَناَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ.
“ Allah maha besar lagi maha sempurna kebesaran-Nya, segala puji bagi-Nya dan maha suci sepanjang pagi dan sore. Kuhadapkan muka hatiku kepada dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan keadaan lurus dan menyerahkan din dan aku bukanlah dari golongan kaum musyrikin. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku semata hanya untuk Allah Tuhan seru sekalian alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan itu aku diperintahkan untuk tidak menyekutukan-Nya, dan aku golongan orang muslimin”.
3. Membaca Al-fatihah
Membaca surat fatihah adalah salah satu rukun shalat sehingga ketika membaca hendaklah tidak dilakukan dengan cepat. Tetapi dengan baik sesuai aturan tajwid dan menjaga makhrajnya. Bacaan fatihah yang tartil dan sesuai aturan tajwid akan membekas dalam hati dan menyuntikkan energi super dahsyat seiring dengan keagungan makna yang dikandungnya.
4. Membaca surat-surat pendek dan mudah dihafal
Afdhalnya pada rakaat pertama membaca surah Al-Ikhlas dilanjutkan rakaat kedua membaca surat Al-Falaq dan rakaat ketiga membaca Surah An-Naas. Tanpa ada tasyahud awal.
5. Ruku’
Diantara dzikir yang diajarkan Rasulullah SAW ketika ruku’ adalah:
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ
“ Maha suci Tuhan yang maha Agung serta memujilah aku kepada-Nya”.
6. I’tidal
Bangun dan ruku’ dengan membaca:
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
“Allah mendengar orang yang memuji-Nya”.
Kemudian membaca dzikir ketika I’tidal sesuai ajaran Nabi. Diantaranya yang beliau ajarkan adalah :
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ ألاَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْئٍ بَعْدُ
“ Ya Allah Tuhan kami ! bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh barang yang kau kehendaki sesudah itu”.
7. Sujud
Ketika bersujud, hendaklah mengikut sertakan tujuh anggota tubuh, yaitu : wajah, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua telapak kaki. Nabi juga mengajarkan agar tidak membentangkan siku ke tanah, karena hal itu seperti perilaku anjing.
Diantara doa dan dzikir yang diajarkan Nabi ketika sujud adalah :
سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلاَعْلَى وَبِحَمْدِهِ
“Maha suci Tuhanku yang maha tinggi”.
8. Duduk diantara dua sujud
Setelah sujud kemudian duduk sambil membaca :
رَبِّ اغْفِرْلِى وَارْحَمْنِيْ وَاجْبُرْنِيْ وَارْفَعْنِيْ وَارْزُقْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَعَافِنِيْ وَعْفُ عَنِّيْ
“Ya Tuhanku, ampunilah aku, kasihanilah aku, dan luaskanlah aku, dan angkatlah derajatku, dan limpahkanlah rezeki kepadaku, dan berilah petunjuk dan kesehatan kepadaku, dan berilah kepadaku”.
9. Sujud kedua
Sujud yang kedua ini sebenarnya sama dengan sujud yang pertama yaitu hendaklah mengikut sertakan tujuh anggota tubuh, yaitu : wajah, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua telapak kaki.
Diantara doa atau dzikir yang diajarkan Nabi ketika sujud adalah :
سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلاَعْلَى وَبِحَمْدِهِ
“ Mahasuci Tuhanku yang maha tinggi”.
10. Kemudian berdiri lagi untuk menunaikan rakaat yang selanjutnya, akhirnya duduk tasyahud.
Ada banyak bacaan tasyahud yang diajarkan Rasulullah SAW diantaranya adalah :
أَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَرَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ. اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ. اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّا لِحِيْنَ. أَشْهَدُ اَنْ لاَإلَهَ إِلاَّ اللهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ . اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
“Segala penghormatan,berkah, shalawat dan segala kebajikan adalah milik Allah. Semoga kesejahteraan untukmu, wahai Nabi, rahmat dan berkah-Nya menyertaimu. Semoga kami dan hamba-hamba Allah yang shalih dalam kesejahteraan. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, limpahkan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau limpahkan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahin. Sesungguhnya Engkau maha terpuji dan maha mulia. Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau melimpahkan keberkahan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau maha Terpuji dan maha Mulia”.
11. Salam
Salam merupakan penutup dari seluruh rangkaian shalat, yakni dengan mengucap :
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ
“ Keseluruhan dan rahmat Allah semoga tetap tercurah kepada kalian”.
Setelah selesai shalat witir. Membaca dzikir sebagai berikut :
سُبْحَانَ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسِ
“ Maha suci Dzat yang menguasai, Dzat yang suci”.
Sedangkan di dalam kitab al-Mu’jam al-Ausath karya Imam ath-Thabrani disebutkan bahwa kalimat tasbih diatas ditambah dengan kalimat, rabbul malaikati warruuh, sehingga kalau digabung kalimatnya bertambah, seperti berikut :
سُبْحَانَ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسِ رَبُّ الْمَلاَ ئِكَةِ وَالرُّوْحِ
“Maha suci Dzat yang menguasai, Dzat yang suci. Tuhan para malaikat dan ruh”.
B. Keutamaan Shalat Sunnah Witir
Shalat ini memiliki keutamaan yang besar. Hal ini didasarkan pada hadist Kharijah bin Khuzafah al-Adawi, dia bercerita, “ Rasulullah SAW pernah keluar menemui kami dan bersabda:
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْأَمَدَّكُمْ بِصَلاَةٍ وَهِيَ خَيْرٌ لَكُمْ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ وَهِيَ الوِتْرُ فَجَعَلَهَا لَكُمْ فِيْمَا بَيْنَ الْعِشَاءِ إِلَى طُلُوْعِ الْفَجْرِ. (رواه ابو داود)
“Sesungguhnya Allah yang mahamulia lagi mahaperkasa telah membekali kalian satu shalat, di mana Ia lebih baik bagi kalian daripada binatang yang paling bagus, yaitu shalat witir. Dan Dia menjadikannya untuk kalian antara shalat isya’ sampai terbit fajar”.(HR. Imam Abu Dawud)
Di antara dalil yang menunjukkan keutamaan shalat witir dan penekanan hukum sunnahnya adalah hadist Ali bin Abi Thalib r.a. dia bercerita: “ Rasulullah SAW pernah mengerjakan shalat witir dan kemudian bersabda:
يَا أَهْلَ الْقُرْاَنِ أَوْتِرُوْ فَإِنَّ اللهَ غَزَّوَجَلَّ وِتْرُ يُجِبُّ اْلوِتْرَ.(رواه النساء)
“wahai orang-orang yang berpedoman pada al-Qur’an, kerjakanlah shalat witir karena sesungguhnya Allah Azza Wajalla witir (ganjil) dan menyukai witir”.(HR. Imam an-Nasa-i)
Hadist ini menunjukkan bahwa selayaknya bagi orang yang berilmu untuk memiliki perhatian yang lebih besar dari orang lain, meskipun shalat itu disyari’atkan bagi seluruh umat manusia sehingga mereka bisa menjadi panutan bagi orang-orang yang mengetahui keadaan dan amal perbuatan mereka. Shalat witir itu minimal satu rakaat, yang dilakukan antara shalat isya’ dan shubuh. Allah yang mahasuci adalah witir (ganjil) dan menyukai witir, serta menyukai segala sesuatu yang sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Dia itu mahasabar dan menyukai kesabaran. Berbeda dengan keperkasaan dan keagungan, yang para hamba mengambil dari sifat-sifat-Nya hal-hal yang sesuai dengan mereka, seperti sifat mulia, dermawan, dan baik.
Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa : barangsiapa yang melakukan ibadah pada bulan ramadhan, maka Allah SWT akan mengampuni dosa yang telah lalu. Jadi keuntungan shalat witir adalah akan menghapus dosa-dosa yang telah lalu.
Dan agar kita termasuk kepada golongan yang dicintai oleh Nabi Muhammad SAW adalah orang yang selalu mengerjakan shalat sunnah witir sesuai dengan sabda Nabi SAW:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ لَمْ يُوْتِرْفَلَيْسَ مِنَّا (رواه احمد)
Dari Abu Hurairah ia berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW :” Barangsiapa yang tidak mengerjakan witir, maka bukanlah dari golongan kami”. (H.R. Ahmad).
C. Hikmah Shalat Sunnah Witir
Didalam shalat sunnah witir terdapat banyak faedah, berbagai kemaselahatan yang agung, serta manfaat yang bermacam-macam. Diantara manfaat dan hikmah shalat sunnah witir adalah sebagai berikut:
1. Beribadah kepada Allah SWT, melalui pertemuan ini dengan tujuan mencari pahala dan takut akan adzab-Nya serta mengiginkan apa yang ada di sisi-Nya.
2. Memberi tahu orang yang tidak tahu, sebab banyak orang yang mengetahui beberapa hal tentang apa yang ditetapkan dalam shalat melalui shalat sunnah ini. Mereka juga dapat mendengar bacaan dalam shalat sehingga dengan demikian itu mereka akan mengambil manfaat sekaligus belajar. Juga mendengar beberapa dizikir shalat sehingga mereka akan mudah menghafal.
3. Memotivasi orang yang tidak pernah ikut shalat sunnah witir, sekaligus mengarahkan dan membimbingnya sambil berusaha untuk saling mengingatkan, agar berpihak pada kebenaran dan senantiasa bersaar dalam menjalankannya.
4. Menggugah perasanan orang-orang terakhir dari umat ini akan apa yang pernah dijalani oleh orang-orang pertama dari umat ini pada zaman dulu. Sebab para sahabat senantiasa mengikuti Rasullullah SAW.
5. Menambah semangat orang islam, sehingga amalnya akan bertambah saat dia menyaksikan orang-orang semangat menjalankan ibadah. Dalam hal itu tergantung manfaat yang sangat besar.
6. Melipatgandakan kebaikan dan memperbesar pahala.
7. Meningkatkan kesadaran umat manusia akan pentingnya mengerjakan amalan-amalan sunnah.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari semua penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Tata Cara Shalat Sunnah Witir dapat dilakukan sebagai berikut yaitu :
a. Niat di dalam hati bersamaan takbiratul ihram.
b. Membaca doa iftitah.
c. Membaca surat Al-Fatihah.
d. Membaca surat-surat pendek yang mudah dihafal.
e. Ruku’
f. I’tidal.
g. Sujud.
h. Duduk diantara dua sujud.
2. Keutamaan shalat sunnah witir
Diantaranya sebagai berikut :
a. Shalat witir lebih baik daripada binatang yang lebih baik.
b. Golongan yang disenangi oleh Allah SWT.
c. Shalat witir sebagai penghapus dosa-dosa yang lalu.
d. Golongan yang dicintai oleh Nabi Muhammad SAW.
3. Hikmah shalat sunnah witir
a. Beribadah kepada Allah SWT, dengan tujuan mencari pahala dan takut akan adzab-Nya.
b. Memberi tahu orang yang tidak tahu.
c. Memotivasi seseorang agar ikut melaksanakan shalat sunnah witir.
d. Menggugah perasanan orang-orang terakhir dari umat ini.
e. Menambah semangat orang islam.
f. Melipatgandakan kebaikan dan memperbesar pahala.
g. Meningkatkan kesadaran umat manusia akan pentingnya mengerjakan amalan-amalan sunnah.
B. Saran-saran
Setelah penulis menyelesaikan karya tulis ini, maka penulis ingin menyampaikan beberapa saran, antara lain :
1. Semoga dengan adanya karya tulis ini pembaca dapat termotivasi dalam melaksanakan shalat sunnah witir.
2. Dan untuk selalu istiqomah dalam mengerjakan shalat sunnah witir.
C. Penutup
Puji syukur Alhamdulilah atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya kepada kita, sehingga dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang sangat sederhana ini. Karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Paper ini masih jauh dari kesempurnaan dan semoga dengan adanya karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin.
0 comments:
Post a Comment